Opiniku | 9 April 2024 - Pelajaran yang ringan bahkan berkualitas tinggi dan termasuk Sunnah Rasulullah adalah sesuai dengan sabda Nabi : LAA TAGHDHOB. Artinya : Janganlah kamu marah.
Bicara marah, tentu tidak ada orang yang tidak pernah marah. Yang mungkin berbeda adalah cara orang menyikapi kemarahannya. Kita sudah menganal marah sejak dulu. Sedari kecil kita sangat marah kalau mainan kita direbut orang. Banyak terjadi perkelahian Karena bersumber dari marah. Hingga seusia sekarang, marah masih diposisi pertama penghambat dalam urusan kita.
Marah itu ternyata selalu ada sebabnya. Terkadang sebabnya itu sesuatu yang tidak kita pikirkan. Setelah panjang kita lewati peristiwa kemarahan itu, kemudian kita berpikir jernih, kenapa saya bisa marah karena soal kecil itu ya? Itulah pikiran yang sehat ketika mencerna sesuatu. Pikiran berkata, kamu seharusnya jangan marah kan cuma urusan sepele saja. Tapi sering kali pikiran sehat kita kalah dengan rasa sakit hati, sehingga amarah meluap tanpa disadarinya.
LAA TAGHDHOB adalah bentuk perintah Nabi Muhammad SAW karena sayang kepada umatnya. Berapa banyak dari amarah yang tidak terkendali, sehingga berakibat kepada kerusakan dan perpecahan hubungan. Perceraian suami-istri terjadi karena marah. Hubungan antara saudara menjadi pecah karena marah. Keakraban dengan kawan menjadi asing karena marah. Barang-barang sekitar menjadi rusak karena marah. Manusia saling melukai karena marah. Dan masih banyak lagi contoh kerugian akibat marah.
Marah mesti dipicu oleh konflik. Konflik adalah suatu hal yang berlawanan dengan keinginan kita. Konflik terbagi dua, konflik internal dan Konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang terjadi di dalam diri sendiri. Kita marah kepada diri sendiri yang selalu salah, misalnya. Mungkin konflik internal ini terkadang membawa hikmah positif. Orang tiba-tiba menjadi rajin karena marah kepada dirinya yang selalu malas. Dan terkadang juga membawa akibat buruk kepada diri. Ada orang yang dulunya rajin mengaji, rajin dzikir dan ibadah, tiba-tiba menjadi malas dan jauh dari semua hal yang baik. Ia marah karena amal Sholeh yang banyak dia kerjakan tidak menjadi efek apa-apa kepada kehidupannya. Dan inilah yang salah.
Selanjutnya, konflik eksternal. Dan inilah yang banyak sekali terjadi kepada kita. Contohnya : kita marah kepada istri, kepada anak-anak, kepada saudara, kepada tetangga, kepada rekan kerja, kepada orang di jalan. Bahkan marah juga kepada peristiwa yang kita hadapi dan lain sebagainya. Justru inilah yang akan menjadi pemicu marah kita kepada Allah SWT. Tentu ini salah besar.
Bukti sayangnya Nabi kepada umatnya adalah menasihati kita dengan jangan marah. Artinya jangan menolak kepada apapun yang terjadi baik di dalam diri kita dan di luar diri kita. Karena marah ketika keluar akan menciptakan kerusakan.
Sangat manusiawi ketika manusia itu suka kesal kepada hal yang tidak sesuai keinginannya. Namun jika masih kesal saja belum dihukumi marah. Ketika kesal muncul, rubahlah menjadi cinta. Buatlah lautan di dalam hati kita. Berlapangdadalah menghadapi semua yang tidak nyaman itu.
Penulis : A. Zahari Aksam - ATTAQWA HMD